Bhâko: So Which of the Favors of Your Land Would You Deny? (2023)
A collaborative work by
Lembâna Artgroecosystem
________________________
Abyan Farazdaq
Fikril Akbar
Ghozilur Rohman
M. Shodiq
Opik Gareng
Shohifur Ridho'i
Tanah dapat dipahami sebagai ikatan primordial bagi masyarakat Madura. Ikatan ini tidak sekadar merujuk pada ruang hidup yang menopang aktivitas sosial dan membentuk cara berpikir kolektif, melainkan juga berfungsi sebagai artikulasi sikap serta pernyataan politik dalam upaya mempertahankan, merawat, dan melindungi tanah dari ancaman perampasan maupun eksploitasi.
Bagi masyarakat Madura, tanah merupakan lokus genealogis yang menjembatani hubungan antara yang hidup dengan leluhur. Relasi tersebut tidak berhenti pada aspek simbolik, melainkan melahirkan sebuah ekosistem pengetahuan lokal yang berakar pada pengalaman dan pengamatan panjang terhadap fenomena alam. Dari pengetahuan inilah tumbuh kemampuan membaca tanda-tanda alam, yang kemudian diwujudkan dalam aktivitas menanam.
Karya ini, dengan demikian, dapat dibaca sebagai bentuk penghormatan terhadap petani di Lembâna—lokasi di mana kolektif Lembâna Artgroecosystem berproses—yang secara konsisten merawat tanah sekaligus menolak paradigma pembangunan yang eksploitatif. Paradigma tersebut telah terbukti menggerus ruang hidup petani dan mengancam keberlanjutan ekosistem agraris, sehingga perlawanan para petani dapat dimaknai bukan semata praktik ekonomi, tetapi juga sebagai afirmasi identitas kultural dan politik ekologis masyarakat Madura.
Bagi masyarakat Madura, tanah merupakan lokus genealogis yang menjembatani hubungan antara yang hidup dengan leluhur. Relasi tersebut tidak berhenti pada aspek simbolik, melainkan melahirkan sebuah ekosistem pengetahuan lokal yang berakar pada pengalaman dan pengamatan panjang terhadap fenomena alam. Dari pengetahuan inilah tumbuh kemampuan membaca tanda-tanda alam, yang kemudian diwujudkan dalam aktivitas menanam.
Karya ini, dengan demikian, dapat dibaca sebagai bentuk penghormatan terhadap petani di Lembâna—lokasi di mana kolektif Lembâna Artgroecosystem berproses—yang secara konsisten merawat tanah sekaligus menolak paradigma pembangunan yang eksploitatif. Paradigma tersebut telah terbukti menggerus ruang hidup petani dan mengancam keberlanjutan ekosistem agraris, sehingga perlawanan para petani dapat dimaknai bukan semata praktik ekonomi, tetapi juga sebagai afirmasi identitas kultural dan politik ekologis masyarakat Madura.
Land can be understood as a primordial bond for the Madurese people. This bond does not merely refer to the living space that sustains social activities and shapes collective ways of thinking, but also functions as an articulation of attitude and political statement in the effort to defend, care for, and protect the land from threats of dispossession and exploitation.
For the Madurese, land is a genealogical locus that bridges the relationship between the living and the ancestors. This relationship does not end at the symbolic level; rather, it generates a local knowledge ecosystem rooted in long-standing experiences and observations of natural phenomena. From this knowledge arises the capacity to read signs of nature, which is then manifested in agrarian practices, particularly in cultivation.
This work, therefore, may be read as a tribute to the farmers in Lembâna—the site where the Lembâna Artgroecosystem collective is based—who have consistently cared for the land while rejecting exploitative development paradigms. Such paradigms have proven to erode farmers’ living environments and threaten the sustainability of agrarian ecosystems. Thus, the resistance of these farmers can be understood not merely as an economic practice, but also as an affirmation of cultural identity and the ecological politics of the Madurese people.
For the Madurese, land is a genealogical locus that bridges the relationship between the living and the ancestors. This relationship does not end at the symbolic level; rather, it generates a local knowledge ecosystem rooted in long-standing experiences and observations of natural phenomena. From this knowledge arises the capacity to read signs of nature, which is then manifested in agrarian practices, particularly in cultivation.
This work, therefore, may be read as a tribute to the farmers in Lembâna—the site where the Lembâna Artgroecosystem collective is based—who have consistently cared for the land while rejecting exploitative development paradigms. Such paradigms have proven to erode farmers’ living environments and threaten the sustainability of agrarian ecosystems. Thus, the resistance of these farmers can be understood not merely as an economic practice, but also as an affirmation of cultural identity and the ecological politics of the Madurese people.
This work was exhibited at Biennale Jogja 17 "Titen: Embodied Knowledges - Shifting Grounds (2023).
Photos by doc. JB
